Hey hey ini cerpen buatananku sebenernya sih ini tugas sekolahku tapi yaa lumayan lah,jadi silahkan menikmati maaf kalo jelek masih pemula hehehehe
Namaku
Gita,aku anak ke-3 dari tiga bersaudara.Saat ini aku berusia tiga tahun .Hari
ini ibu mengajaku pergi kesuatu tempat .Selama di perjalanan aku terus memegang
tangan ibu dan melihat tenyumannya.Aku tidak tau kenapa, tapi saat itu
perasaanku sangat tenang dan aku menikmati setiap langkahku bersamanya .
Tidak lama
kemudian kami berhenti di depan rumah
besar berwarna kuning.Aku merasa tempat
itu tak asing bagiku tapi kali ini aku benar-benar lupa tempat apa itu.Aku
memandang wajah ibu tapi beliau hanya tersenyum padaku, itu membuatku semakin
penasaran.
“Ibu
ini tempat apa?dan untuk apa kita kemari?”tanyaku penasaran
Lalu ibu
merendahkan tubuhnya dan memegang kedua bahuku dan berkata
“Apa
kau tidak tau tempat ini,bukankah setiap sore hari kau selalu kemari,rencananya
hari ini ibu akan mendaftarkanmu menari di sini”
Setelah mendengar
kata-kata ibu aku baru teringat kalau tempat ini adalah sanggar tari dan memang
aku selalu kemari untuk melihat teman-teman menari,tapi aku hanya melihat bahkan hanya lewat
jendela, awalnya aku merasa senang karena itu adalah impianku tapi tiba tiba
perasaan itu hilang dan aku haya terdiam
“Gita
kenapa?apa kamu nggak seneng tapi ibu lihat kamu senang sekali melihat
pertunjukan tari, tapi apa kau tidak ingin mencobanya?”Tanya ibu heran
“Aku
seneng tapi apa aku bisa ,aku takut membuat ibu malu karena aku tidak bisa
menari sebelumnya aku belum pernah menari ”
“Gita
dengerin ibu dulu, ibu juga sama seperti kamu,dulu Ayah ibu seorang dalang dan
ia menyuruh ibu untuk belajar menari, awalnya ibu takut,tapi ibu pikir ibu
nggak akan tau sebelum mencoba dan akhirnya ibu bisa dan malah ibu sering di
undang ke acara-acara penting untuk
menari,jadi kamu nggak boleh takut salah sebelum kamu nyoba,Sayang kamu
ngertikan maksud Ibu”ibu menjelaskan sambil tersenyum dan mengelus rambutku .
Entah mengapa
rasa takut itu mulai hilang dan senyuman mulai terukir di wajahku .Melihat
senyumanku ibu mengajakku masuk dan mengatakan pada guru tari agar mengajariku
menari dan memasukkanku dalam kelompok tari asuhanya .Guru tari itu memandangku
sekilas dari atas hingga bawah dan yang tak ku duga ia mengijinkan ku ikut tari
serontak aku langsung memeluk ibuku dengan perasaan bahagia.Kami pun segera
pulang dengan perasaan bahagia.
Keesokan
harinya…..
Ini adalah hari
pertamaku di sanggar tari itu.Karena ini adalah hari pertama aku berangkat diantar
oleh ibu .Aku merasa semangat dan tidak sabar untuk segera menari .
“ibu
terimakasih ya……”kataku di depan pintu
sanggar tari itu
“terima
kasih untuk apa?”Tanya ibu sambil memandangku
“karena
ibu sudah mendaftarkan dan mengantarkanku,aku sayang Ibu” kataku malu-malu dan
langsung masuk ,ibu hanya tersenyum melihatku
Saat aku
masuk,aku merasa semua mata tertuju padaku dan aku merasa takut dengan itu,tapi
ibu guru langsung menggandengku dan memperkenalkan ku pada teman-teman .
Di sanggar tari
itu ada sebagian anak yang aku kenal tapi ada juga yang belum ku kenal .
Hari pertama aku
latihan rasanya menyenangkan,aku dan teman-teman berlatih tari modrn bersama guru
tari kami Tante Wanti, begitulah kami biasa memanggilnya aku belajar gerakan
awal seperti berputar mencocokan hitungan dan lain-lain. Tanpa terasa waktu
sudah menunjukan pukul 16.00 kami pun segera pulang.Aku pulang bersama dengan
teman-teman karena rumah kami memang satu arah .Selama di perjalanan kami
berbincang-bincang masalah gerakan tari atau bahkan mendengan cerita-cerita
lucu.
Saat aku sampai
dirumah ,perlahan aku membuka pintu rumah dan ku dapati ibu yang sedang duduk
di sofa dengan senyuman lembut .Entah mengapa rasa lelah yang kuasakan setelah
menari, hilang dengan begitu saja saat aku melihat senyuman ibu
“Gita
gimana narinya sayang?”Tanya ibu sambil memelukku
“Gita
seneng banget bu Gita dapat banyak sekali teman baru dan Gita juga udah bisa
beberapa gerakan begini bu”ujarku sambil memperaktekan gerakan-gerakan ku tadi
mulai dari hentakan kaki,lambaian tanga tapi saat aku sampai pada putaran
tiba-tiba aku terjatuh.Ibu kaget melihat ku dan segera menghampiriku
“Gita
kamu nggak papa?sayang”
“hahahahaha
nggak kok”aku memandang ibu sambil tertawa riang,melihat tawaku ibu juga ikut
tertawa .
Hari demi hari
kulalui seperti ini setiap hari aku berlatih menari,setiap hari ibu mengungguku
di sofa dengan senyuman yang entah mengapa selalu membuatku melupakan rasa
lelahku,ibu dan ayah juga selalu melihat perkembangan tariku saat aku pulang
dari sanggar.
Hingga tiba di
saat hari terakhir aku alatihan menari,memang saat itu latihan berjalan dengan
lancar dan suasana menyenangkan .
Saat aku sampai
di rumah aku membuka pintu dengan semangat, tapi hari itu ada perbedaan yang
sangat terasa bagiku,hari itu aku melihat ibuku tampak dengan kondisi yang
sangat lembah,perlahan kudekati ibu,ibu memaksakan tersenyum tapi aku merasa
wajah ibu pucat sekali.
“Gita
gimana latihanmu nak”tanya ibu dengan pertanyaan yang selalu sama setiap
hari.Biasanya aku segera menjawab pertanyaan itu dengan penuh semangat tapi
entah mengapa hari ini aku seolah tidak bisa berkata apapun ,dan tubuhku lemas
setelah melihat kondisi ibu ,tapi ibu malah memandangiku dan melihatku yang sedang
melamun.
“Apa
ibu sakit”tanyaku dengan pandandangan menerawang
“ibu
nggak papa kok nak ,gimana latihanmu nak?”jawab ibu untuk mengalihkan pembicaraan
“Ibu
jangan bohong aku tau ibu sakit kalau ibu sakit besok aku bisa membatalkan
tariku untuk menjaga ibu dirumah”Aku mulai berkaca-kaca setelah melihat kondisi
ibu
“Gita
dengerin ibu, ini adalah impianmu kamu nggak boleh menyerah nak dengerin ibu
kamu pasti bisa,ibu sehat kok hari ini Cuma masuk angin saja”ibu menenangkanku
sambil menghapus air mataku dengan tangan halusnya Aku hanya bisa tersenyum
Hari pementasan
tiba dan ini saatnya menunjukan semua hasil latihan ku selama ini sebelum
tampil aku mengintip kearah bangku penonton dari balik tirai dan aku melihat
Ibu,Ayah,dan kedua kakakku duduk di bangku pertama itu memberiku semangat untuk
menari.Saat giliranku dipanggil aku sekelompok segera memasuki panggung
Kami menari
dengan maksimal mulai dari awal sampai akhir,tapi sayangnya hari itu kami masih
belum mendapatkan predikat juara.
Satu tahun
kemudian kami memutuskan untuk mengikuti lomba tari lagi tapi saat ini kondisi
ibuku jauh lebih parah dari sebelumnya benjolan di leher ibuku semakin besar
tapi entah mengapa ibu selalu bisa membuat ku tenang.
Pada saat hari ke
10 latihan, ibu mengantarku ,aku sempat bertanya pada ibu mengapa beliau
mengantarku .Ibu hanya mengatakan bahwa ia hanya ingin menyemangatiku.Sebenarnya
aku tidak mau diantar karena aku tau hari ini ibu benar-benar kurang sehat
dengan memakai sweater beliau mengantar dan menungguku hingga pulang sebenarnya aku sangat khawatir dengan kondisi
ibu saat ini di tengah tengah latihan aku menemui ibu kukatakan padanya
“Bu
kenapa ibu tidak pulang?aku tidak papa sendirian, bukankah ibu sedang sakit?”
“Tidak
ibu tidak papa kok nak ibu ingin menemanimu”ibu mengatakan itu sambil
tersenyum.
Karena ibu
berkata seperti itu aku hanya bisa mengangguk dan segera pergi .Selama aku
latihan,aku terus memperhatikan ibu yang sedang duduk di kursi sendirian
sesekali aku melihatnya batuk, tapi aku harus meneruskan tarianku.Setelah
kurang lebih dua jam aku berusaha menahan agar aku tidak mengakhiri latihanku
.akhirnya aku selesai juga .
Aku segera
menemui ibu dan mengajaknya pulang ,Perasaanku sudah benar-benar tidak enak
tapi aku Cuma bisa berharap agar semuanya baik-baik saja.
Malam hari
sebelum aku tidur ibu datang ke kamarku. Hal ini membuatku bertanya ada apa ibu
kemari?apa yang akan ibu lalukan?beberapa pertanyaan muncul di benakku tapi aku
tidak ingin menanyakan itu dan satu hal yang bisa kulakukan hanyalah
tersenyum.Perlahan ibu mendekatiku dan duduk di tepi ranjangku sambil berkata
“Gita
ibu harap selama ibu pergi kamu jangan nakal ya dan ibu minta bantu ayahmu
,jangan membuatnya kerepotan”ibu mengatakan itu sambil membelai rambutku,aku
terus memandanginya dan entah mengapa aku tidak bisa berkata apa apa dan entah
mengapa rasanya aku ingin sekali
memeluknya tapi aku takut mengenai lehernya,yang keluar dari bibirku hanyalah
senyuman kecil.
Malam itu ibu
terus menemaniku di sisi lain ranjang tak ada sepatah katapun yang kami ucapkan
setelah itu.Aku benar-benar memperhatikan setiap detail wajahnya mulai dari
tatapan,senyuman bahkan nada bernafasnya.Aku seolah tak rela memejamkan mataku
agar aku bisa melihatnya terus sambil merasakan kelembutan belaiannya.Hingga
tak terasa mataku mulai terpejam dan akupun tertidur.
Pagi hari saat
aku bangun aku tidak menemukan ibu di sampingku.Aku segera bangun dan mencarinya
di setiap ruangan di rumahku tapi aku tidak melihat ibu di pagi itu. Dan ayah,aku
juga tidak menemukanya sedangkan kedua kakakku hanya terdiam pagi itu.Aku
memandang kedua kakakku dari dekat almari ruang tamu aku melihat mereka berdua
mengenakan seragam sambil menangis.Mereka berdua tampak begitu sedih perlahan
kudekati mereka
“Kak
kok pagi-pagi udah nangis ada apa?apa mas liat film india lagi?”Aku menggoda
kakakku karena aku pikir mereka menangis karena film india karena mereka
selalu begitu setelah melihat film
india.Tapi kedua kakakku terus menangis dan aku mulai menyadari bahwa itu bukan
tangisan karena film india
“Kak,ada
apa sih apa kalian lupa belum negrjain PR atau guru di SD kalian galak?”tanyaku
lagi
“Git!!!!
Apa kamu nggak ngerti sekarang ibu ada di rumah sakit!!!!”bentak kakak ku
Mendengar itu,rasanya
seluruh tubuhku lemas dan kedua kakiku tidak dapat menopang tubuhku hingga
tubuhku terjatuh di lantai.Perlahan-lahan air mataku mulai menetes setetes demi
setetes dan semakin lama semakin deras aku tak tau bagaimana caraku
menghentikanya .Aku terus menangis dan menangis hingga aku tidak memperdulikan
kakaku sudah berangkat ke sekolah aku benar-benar merasa sedih entah mengapa
aku bersedih, apa tangisankku gara-gara takut atau rindu atau marah aku
benar-benar tidak bisa memahami perasaanku sendiri.
Tanpa sadar aku
langsung bangkit dari lantai dan segera berlari ke rumah seorang nenek di dekat
rumahku.sambil berusaha menghapus air mataku yang terus mengalir aku berlari
sekuat tenaga hingga aku sampai di depan rumah nenek itu
“Nenek!!!!!
Nenek!!!! Buka nek, ini Gita.....buka nek”Aku terus mengetuk pintu rumah nenek
itu hingga akhirnya sesosok wanita tua keluar dari rumah itu dan terkejut
melihatku terjatuh di depan pintu rumahnya sambil menangis
“Astagfirullah
Gita kamu kenapa sayang ya allah”kata nenek itu kaget,mendengar suara itu aku
langsung bangkit dan memeluknya
“Nenek
..Nenek apa yang harus aku lakukan nek....aku nggak tau aku harus gimana...”aku
memeluk erat tubuh nenek itu sambil terus menangis walau aku tau dia bukan
nenek kandungku tapi beliau sudah ku anggap sebagai nenekku karena nenekku
berada di Blitar
“Ada
apa,Gita? Kenapa kamu seperti ini ?Apa yang terjadi?”tanya nenek sambil
membelai rambutku
“Ta
tadi malam ibu datang ke kamarku dia memelukku membelaiku dan menemaniku tapi
setelah aku bangun kakak bilang dia sedang di rumah sakit nek aku harus bagai
mana,nek aku bingung ”aku terus menangis
Nenek tidak
menjawab apapun lalu mengajak ku masuk
ke rumahnya saat itu di rumah nenek,sangat sepi hanya ada aku dan nenek .Nenek
berusaha menenangkanku dan tanpa terasa nenek juga menangis.
Siang hari saat
kedua kakakku pulang mereka tampak melamun dan lemas.Satu hal yang tidak biasa
hari itu,kakakku langsung tidur Aku melihat mereka dari dekat pintu kamar aku
tidak bisa berkata apapun dan hanya terdiam karena aku bisa memahami perasaan
mereka.Jujur aku memang terpukul setelah tau kalau ibu masuk rumah sakit
.Sempat terlintas di benakku apa ibu masuk rumah sakit gara-gara aku lalu
mengapa ibu masuk rumah sakit.
Aku berjalan keruang tamu dan duduk di sofa,tempat
ibu biasa duduk rasanya saat itu ibu masih duduk di tempat itu,dan masih terasa
belaian lembut tangan ibu malam itu.Aku merasa hari itu begitu sepi ,tiba-tiba
ada suara seseorang yang aku kenal dari balik pintu.Saat aku buka ternyata
wanita itu adalah bibiku dari Sidoarjo beliau memang sering ke rumah.
Saat bibi masuk
aku memandangnya dengan tatapan sedih
“Gita
kamu kenapa sayang?ada bibi kok bukanya senang malah murung”bibi memegang kedua
pipiku dan menunjukan senyumannya
“Bibi
maaf ibu sedang tidak ada di rumah ,ibu masuk rumah sakit aku kira itu
gara-gara aku bi,ini salahku”tanpa terasa aku menundukan kepalaku dan
perlahan-lahan air mataku menetes
“Gita
,dengerin bibi ya sayang ini bukan karena Gita ,ibu Cuma kurang sehat jadi ibu
ke rumah sakit ,jadi jangan sedihya sayang dan mulai sekarang bibi akan ngejaga
Gita sampai ibu sehat”jelas bibi lembut sambil menghapus air mataku.Aku hanya
menganggukkan kepalaku tapi aku tetap merasa itu semua karena ku .
Sore harinya saat
aku melewati kamar kakak aku merasa seperti mendengar sesuatu ,perlahan
kudekati kamar itu dan ternyata benar dugaanku
“Andri
kita nggak boleh sedih kita harus semangat ,kita harus percaya kalau ibu pasti
sembuh”
“Tapi
aku nggak bisa ngeliat kondisi ibu seperti ini apa kakak nggak liat kemarin ibu
berangkat,sampai sekarang aku masih merasakan senyuman itu kak”
Mendenengar
kata-kata itu aku langsung mengetuk pintu kamar kakak,dan suara percakapan itu
berhenti .Saat kakak membuka pintu ia tampak kaget melihat ku di depan pintu
kamarnya
“Gita
ngapain kamu disini?”tanya Kak Andri
“Kenapa
kakak tidak membangunkanku kemarin?apa hanya aku yang tidak tau soal keberangkatan
ibu kemarin ?”tanyaku dengan tatapan tajam
“Aaa
itu apa anu eee”jawab kakkak terbata-bata
“Tolong
kak jelaskan aku pingin tau kak ,tolong”pintaku
Akhirnya kakak
mengajakku masuk ke kamarnya.Mereka menjelaskan padaku
“Sebenrenya
ibu operasi tumor,dan kamu tau itu tumor ganas git,kamu taukan benjolan di
leher ibu,kata ayah ibu pergi ke rumah sakit untuk mengoperasi lehernya”jelas Kak
Rizky
“Apa
itu harus ?apa ibu harus dioperasi kak?”
“Ya
ibu harus operasi, karena kalau dibiarkan bisa bahaya buat ibu”
“Lalu
kenapa kalian baru cerita sekarang ?apa kalian pikir aku tidak akan mengerti
apa yang kalian bicarakan? Walaupun umurku baru empat tahun aku bisa mengerti
kak”aku mulai menangis,melihat tangisanku kakak hanya bisa diam .Tiba-tiba bibi
datang dan memberitahuku kalau didepan ada teman-temanku , segera aku keluar
dan memberi tahu teman-teman kalau mulai sekarang aku berhenti menari.Semua
temanku kaget mendengar kata-kataku,mereka terus bertanya tapi aku hanya
menjawab dengan satu kata yaitu maaf ,aku merasa aku tidak bisa menari dusataat
kondisi ibuku seperti ini .
Dua hari setelah
itu ayahku pulang dan menemui kakak dan aku
“Gita
,Rizky,Andri sini nak”panggil ayah dari ruang tamu.Kami pun segera bangun dari
tempat tidur dan menemui ayah
“Kalian
mau telephone ibu?”tanya ayah sambil mengeluarkan Handphonenya .Tapi kami
bertiga hanya diam dan saling menatap
“Hallo”terdengar
suara seseorang yang sepertinya kami mengenalnya
“Hallo
ini ibu hallo”suara itu terdengar lagi,tapi kali ini kami merasa benar-benar
mengenal suara itu
“Hallo
ibu apa itu ibu”tanyaku sambil merebut Hp ayah dan mendekatkannya di antara aku
dan kakak serontak kakak merapat kearahku
“Iya
sayang ini ibu”jawab suara itu lagi,ternyata dugaan kami benar ,kami memang
mengenal suara itu .Itu adalah suara ibu tapi dalam telephone suara ibu
terdengar berbeda ,suara ibu terdengar serak,
“Hallo
ibu apa ibu baik-baik saja?”tanya Kak Rizky
“Iya
sayang ibu baik-baik saja ibu merasa......”suara ibu terputus karena Hp ayah
tiba-tiba mati,dan saat itu juga air mata kami meluap dan sudah tidak dapat
dibendung lagi.Bibi melihat kami dari dekat almari dan ikut menangis
“Kakak
kenapa suara ibu tidak terdengar lagi?kenapa kak apa ibu tidak mau bicara
dengan kita ?”aku melontarkan bertubi-tubi pertanyaan,aku tidak dapat berfikir
saat itu aku tidak menyaadari kalau HP ayah mati yang ada di pikiranku hanyalah
suara ibu yang tidak terdengar lagi.
Setelah kami
mandi ,ayah mengajak kami untuk mengunjungi ibu ,awalnya kami tidak mau karena
kami takut melihat kondisi ibu tapi ayah mengatakan kalau ibu ingin sekali
bertemu dengan kami dan ayah juga mengatakan kalu kami menemui ibu ,ibu akan
cepat sembuh .Karena bujukan ayah kami bersedia menemui ibu di rumah sakit.
Setelah kami
sampai di rumah sakit rasanya kakiku berat untuk melangkah tapi aku hanya
berfikir agar ibu sembuh .Kami mengikuti langkah ayah hingga akhirnya langkah
kami berhenti di depan sebuah ruangan besar .ruangan itu memiliki pintu yang
sangat besar.
“masuklah
apa kalian ingin menemui ibu?ibu ada di dalam tapi kalian tidak boleh masuk
bersama-sama harus satu persatu .
Pertama Kak Rizky
masuk ke ruangan itu tapi belum lama ia masuk tiba-tiba ia keluar dengan mata
sembab
Yang kedua
giliran kak Andri masuk, tapi kak andri juga tak lama berada di dalam lalu
keluar dengan meta yang lebih sembeb,
Yang terakhir
adalah giliranku masuk,perlahan kubuka pintu besar itu dan kumantapkan
langkahku menuju ranjang ibu aku melihat sesosok wanita yang biasa menemaniku
kini duduk di ranjang dengan gips di lehernya, namun beliau masih tetap
tersenyum .Di ruangan itu banyak sekali pasien tapi mataku hanya tertuju pada
satu sosok wanita yang sangat kusayangi.Perlahan aku duduk di sebuah kursi di
dekat ranjang dan memandang wajah ibu yang tersenyum.
“Hay
ibu”sapaku dengan senyuman memaksa untuk menutupi rasa sedihku. Aku berusaha
menahan air mataku agar tidak jatuh di hadapan ibu
“Hey
sayang,ibu dengar kamu berhenti menari apa itu benar?”tanya ibu
“Ooh
itu ya memang aku merasa aku lelah aku malas menari jadi aku keluar dari
tari”jawabku bohong karena aku merasa ibu tidak boleh tau alasanku yang
sebenarnya, aku tidak mau membuatnya sedih
“Apa
itu benar ,ibu rasa tidak,Gita dengerin ibu kamu harus ikut lomba tari tahun
ini dan kamu harus buktikan kalau kamu bisa,kita akan sama-sama berjuang kamu
berjuang untuk menang dan ibu berjuang agar bisa menang melawan penyakit
ibu,dan ibu minta jangan sedih ”ibu memegang kedua tanganku erat dan perlahan
air mata ibu menetes rasanya ingin sekali aku memeluknya saat itu tapi aku
takut.
“Maafkan
ibu sayang ibu belum bisa pulang dalam waktu dekat ini karena operasi ibu belum
selesai tapi satu bulan lagi kita bertemu ibu janji”kali ini air mata kami
benar-benar tidak dapat di bendung lagi
“apa
ibu....”ucapan ku terpotong saat ada seorang suster menarik tanganku dan
mengusirku dari ruangan itu rasanya tanganku tidak ingin kulepaskan dari ibu
tapi karena suster itu menarik tanganku kencang jadi genggaman tangan kami
terlepas.
Rasanya aku masih
belum puas melepaskan rasa rinduku dengan ibu, tapi apa boleh buat ,aku
meluapkan semuah tangisku diluar ruangan
itu ,tiba-tiba terlintas sesuatu di benakku.Aku segera bangkit dan meliahat di
sekeliling aku mencari sesuatu yang bisa di naiki ,saat aku menemukan apa yang
aku cari aku mengarahkan kursi itu di bawah sebuah fentilasi aku ingin melihat
wajah ibuku saat aku berdiri di atas kursi dan melihat ibu .aku benar-benar
menangis saat itu karena aku melihat ibuku sedang duduk dan menangis
tersedu-sedu itu adalah pertama kalinya aaku melihat ibuku menangis.Ibu memang
bisa terlihat tegar di depan kami tapi aku tapi sebenarnya ibu juga merasa
sakit karena harus meninggalkan kami dalam waktu yang lama.Dari fentilasi itu
aku melihatnya ,aku mengulurkan tanganku dan menggerakkanya seolah aku sedang
menghapis air mata ibu walau kutau air mataku sendiri juga berlinang.
Kesokan harinya
aku pergi ke rumah guru tariku dan mengatakan padanya kalau aku ingin ikut
menari,aku ingin ikut lomba karena aku
ingin membanggakan ibuku.Guru tariku akhirnya mengizinkan aku ikut menari lagi
dan bersedia mengajariku tari lagi.
Sejak hari itu
aku memutuskan untuk berusaha sekuat tenaga agar aku bisa membawa piala untuk
ibu karena aku sudah berjanji padanya.
Satu bulan
kemudian...
Ini adalah hari
pementasan di balik panggung aku memegang sebuah foto di genggamanku
“Ibu hari ini
juga kita harus berusaha kita berjuang bersama dan aku akan memberikan sebuah
piala kemenangan untuk ibu,aku janji”ucapku lirih dengan senyuman yakin
“Gita ayo
sekarang giliranmu cepatlah”panggil temanku
“Iya aku segera
kesana”jawabku dan langsung naik ke panggung
Aku menari dengan
penuh semangat dalam hati aku berkata aku pasti bisa ini adalah perjuanganku
bersama ibu dan ibu juga berjuang melawan tumor ganas untukku .Ibu karena kau
adalah jiwaku dan karena engkau adalah nafasku aku akan berusaha membuatmu
bangga.
Akhirnya
saat-saat penantian tiba. Salah seorang juri
naik ke panggung dan mengumumkan
“Juara ke tiga
diraih oleh Mitha and Mourin,juara kedua diraih oleh....Santi dan
kawan-kawan,dan juara pertama jatuh pada...”
Aku sangat
berharap juara pertama adalah aku
“Sonia!!!!!”
Oooh saat nama
terakhir diumumkan pupus sudah harapanku untuk membawa piala pada ibu ,dan itu
berarti aku sudah melanggar janjiku
“Tunggu sebentar
oooo ternyata ada satu lagi juara favorit untuk salah satu penari sebagai juara
favorit jatuh kepada.......Gita!!!”
Saat dipanggil
namaku aku sempat tidak percaya
“Gita selamat
ya......”kata Tante Wanti
“Ap apa apa aku
beneran menang ?apa ini beneran tante?”
“Ya tentu cepat
naik ke panggung dan ambil pialamu,ayo cepat”
Aku segera
berlari ke atas panggung saat juri memberikan piala itu untukku tanpa sadar aku
menangis tapi tangisan ini adalah tangisan bahagia dan tiba-tiba di sudut kursi
penonton ada seorang wanita yang sedang duduk di kursi roda dan menghapus air matanya
beliau adalah ibuku serontak aku langsung berlari menuju kearah ibuku dan
jongkok di depanya
“Ibu ini piala kita,kita
berhasil bu kita berhasil”ucapku gembira dan ibu langsung memeluk ku sambil
menangis,aku tau itu adalah tangisan bahagia
Akhirnya perjuangan ku tidak sia-sia semua ini
kulakukan demi ibuku karena ibuku aku berada di dunia ini karena ibuku aku bisa
berdiri tegap hingga kini dan berkat ibuku aku mendapat piala ini semua ini
karena ibu,kerena ibu adalah semangat bagiku.
********
TAMAT
OLEH:Gita Purwitasari